Kamis, 02 Juni 2011

Amazing Grace of My Life

Pernahkah kamu merasakan di ambang kematian? Kalau pernah, bagaimana rasanya? Aku aku pernah mengalaminya, teman! Dan aku akan menceritakan kisahku padamu.

Saat itu aku hanya melihat gelap, tanpa ingatan apa-apa, tanpa merasakan apa-apa. Duniaku hilang dalam sekejabm tak ada oksigen disini, teriakpun aku tak bisa. Aku mencari, tapi tak tau apa yang aku cari, dan aku kehilangan arah. Lagi-lagi hanya gelap yang kudapati. Dan aku hanya bisa menunggu. Mungkin menunggu keajaiban.

Tiba-tiba aku melihat cahaya, cahaya yang datang dari sudut memantul menyilaukan mata. Tapi semuanya disertai rasa nyeri yang amat sangat. Nyeri dimana-mana. Sakit sekali. Semakin membuat tak berdaya.

Kelopak mataku mulai mengerjab. Aku bingung. Tidak tahu apa-apa.

Tapi aku sangat yakin jika kamu menjadi aku, saat itu secara spontan kamu akan mendapati dirimu bersyukur pada Tuhan. Walau kamu tau selang oksigen sedang menancap di hidungmu, walau kamu kehilangan salah satu atau salah dua dari panca indramu, walau kamu tak lagi utuh layaknya manusia yang terlahir normal. Kamu tidak akan mengutuki Tuhan atas apa yang terjadi padamu.
Karena itulah yang aku lakukan, teman. Aku hanya bersyukur karena ternyata aku masih hidup. Meskipun saat itu aku tidak tau apa yang terjadi padaku.

Aku melihat di sekitarku, ruangan ini UGD. Aku tau karena banyak sekali tangisan dan jeritan dari orang-orang yang sedang sekarat. Aku baru tau, betapa setetes obat sangat penting untuk menyelamatkan sebuah nyawa, betapa beratnya tugas seorang dokter, dan yang paling penting, betapa maha besarnya Tuhan. Dari sini banyak nyawa diselamatkan, meski kadang ada yang tidak bisa diselamatkan. Tapi mungkin UGD adalah sebuah tempat pengharapan. Pengharapan akan adanya mujizat, keajaiban, dan kesembuhan. Seperti yang telah kualami.

Setelah itu, aku dipindahkan ke ruang lain. Aku sempat melihat orang tuaku walaupun kondisiku masih lemah. Dari situ baru jelas semuanya. Aku mengalami kecelakaan. Kecelakaan hebat yang harus membuat aku terkapar di rumah sakit selama satu bulan, yang harus membuat aku menjalani operasi sebanyak empat kali, yang harus membuat aku berhenti sekolah selama satu tahun karena kondisiku yang belum memungkinkan untuk melanjutkan sekolah, dan yang harus membuat aku menjadi seseorang yang lebih tegar dan lebih kuat karena begitu banyak tekanan mental yang kualami.

Itu kisahku teman, dan dari sini aku bisa belajar memaknai kehidupan. Betapa pentingnya sebuah nyawa. Coba kalau saat itu aku sudah dipanggil oleh Tuhan, mungkin sekarang aku tidak bisa membagikan pengalamanku padamu.

Aku hanya ingin kamu menghargai hidupmu yang sekarang, dengan atau tanpa masalah yang melanda kamu. Cobalah selalu tersenyum dalam menghadapi semua masalahmu, karena itu akan membawa kedamaian bagimu. Dan selalu andalkan Tuhan dalam tiap langkah hidupmu. Jangan sia-siakan hidupmu. Sebab kalau kamu sudah mati, tidak ada lagi tiket untuk kembali ke dunia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar